Langsung ke konten utama

Papua Cinta Pertamaku


 

Halo! aku Haya Qila. Aku lahir dan dibesarkan di Sorong Papua Barat. Setelah itu aku melanjutkan studi di Yogyakarta mulai dari SMP hingga kuliah. Banyak hal yang aku lalui ketika memberanikan diri untuk merantau dengan jarak yang sangat jauh. Membiasakan diri untuk berjarak jauh selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bukanlah hal yang mudah. Bahkan aku pernah jatuh sakit karena teringat rumah dan ingin pulang. Namun hal tersebut bukan menjadi alasan untuk aku kembali pulang ke tempat asalku. Setiap hari aku mencoba untuk bertahan dengan kondisi tersebut hingga akhirnya tak terasa aku menginjak 7 tahun berada di Yogyakarta. Kali ini aku ingin bercerita tentang kota kelahiranku, Sorong Papua Barat.

 

 


 

Seperti yang kalian tau, Papua merupakan pulau terbesar kedua setelah Kalimantan, dan aku lahir di pulau yang terdiri dari beragam jenis hasil bumi yang berbeda dan unik ini. Kehidupan di Papua masih kental dengan kebudayaan adat istiadat leluhur. Satu hal yang aku udah bisa tebak, pasti ketika kalian ingat Papua, kalian langsung terbayang Raja Ampat dan keindahan lautnya, kan? Padahal selain pemandangan laut yang memang indah, hasil lautnya pun berlimpah dan berbeda dari jenis dan ukurannya. Kalau kalian penasaran, coba deh waktu kesana, kalian mampir ke pasar ikan segar di pinggir pantai saat pagi dan sore hari. Disana banyak terdapat jenis dan ukuran ikan yang bervarian. Biasanya setelah membeli ikan, kita bisa memilih cara potongan ikan tergantung bagaimana nanti kita mengolahnya. Bisa dengan di bakar, kuah, atau goreng.

 

 


Nah, kalian sudah tau belum kalo masyarakat Papua saat membakar ikan itu menggunakan arang dan menggunakan minyak kelapa untuk menggoreng ikan. Hal tersebut karena Papua memiliki kekayaan hasil bumi yang membuat para masyarakat rata-rata mempunyai kebun yang luas. Salah satunya dengan memanfaatkan pohon kelapa milik mereka yang diolah menjadi minyak kelapa karena harga minyak disana lebih mahal, menjadi arang sebagai bahan bakar memasak, juga membuat santan sebagai bahan campuran pada masakan. Bagi mereka itu hal yang mudah di lakukan, selain itu juga karna hampir setiap rumah memiliki pohon kelapa dan semuanya dapat dibuat di rumah. Selain itu ada juga pohon keladi yang biasanya diolah menjadi Keladi Tumbuk sebagai karbohidrat utama, atau menjadi Keripik Keladi sebagai camilan. Ada pula sagu yang digunakan sebagai makanan pokok, biasanya diolah menjadi Papeda yang ciri khasnya dipadukan dengan ikan masak atau ikan kuah kuning. Nah, selain sagu, orang papua juga biasanya makan ulat sagu loh! Ulat sagu didapatkan dari batang pohon sagu yang tua dan biasanya sudah tumbang. Batang pohon sagu penuh dengan zat tepung yang menjadi makanan ulat sagu itu. Lalu, kenapa produksi keladi dan sagu lebih banyak dari beras ya? Itu karena sagu sudah menjadi tradisi secara turun temurun. Alasan lainnya adalah karena produksi beras yang tidak begitu banyak sebab iklim di Papua berbeda dengan pulau lainnya, yang dimana Papua lebih dekat dengan equator hingga cuacanya cenderung panas. Tetapi dengan lautan yang luas, itu membuat cuaca tidak terlalu terasa panas karena adanya hembusan angin laut.

 

 

 
Kira-kira seperti itu cerita tentang kota kelahiranku. Di tulisanku selanjutnya aku akan bercerita tentang surga dunia yang letaknya dekat dari kota ini. Sampai bertemu kembali!

Komentar

  1. Keren Aqil semangat terus berbagi ceritaa 🙌🔥

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasihh, tungguin cerita-cerita selanjutnya yaa!😉

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Haya Cookies

Hello Everyone, Terima kasih ya, karena kalian masih tetap meluangkan waktu untuk mengunjungi dan membaca blog – blog dari aku. So, thank you so much, because it’s mean a lot to me.   Saat ini aku sedang belajar hal baru dalam dunia usaha. Semuanya berawal ketika aku ditanya oleh seorang teman yang sedang mencari sesuatu barang yang dia butuhkan. Ketika temanku itu bertanya kepadaku, kebetulan aku punya informasi tentang barang itu dan bisa menyediakan barang yang dia cari. Aku dengan senang hati membantu temanku itu untuk mendapatkannya, namun hal yang tidak aku sangka adalah ketika dia memberikan uang jasa kepadaku karena aku membantunya. Padahal ketika itu, aku benar – benar hanya ingin menolong teman yang sedang kesulitan mencari barang yang dia butuhkan. Karena kejadian itu, akupun mencari tau tentang dunia usaha dan dunia bisnis, karena aku merasa bantuan yang aku berikan itu tidak perlu diberikan uang jasa, tapi temanku bersikeras untuk memberikan uang itu

Time To End Loneliness

Halo guys, kali ini aku pengen sharing seputar kronologi pengembangan diriku. Suatu hal yang aku bangun sejak beberapa bulan lalu. Saat ini, aku merasa bahwa aku sedang menginjak fase dimana menyadari beberapa perubahan baru, seperti memiliki keinginan tinggi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, berkembang, dan bermanfaat. Fase perubahan yang dimana banyak hal dan pelajaran baru yang ditemui. Tidak lain dan tidak bukan untuk membentuk pribadi yang jauh lebih baik lagi. Aku yakin, tidak sedikit diantara kalian yang menginjak fase ini.    Salah satu bagian yang aku lewati adalah bagaimana aku memahami dan menghadapi diriku. Karena dari situ lah aku bisa perlahan keluar dari zona aman dan nyaman. Memang butuh kepercayaan diri, kedisiplinan dan kebijaksanaan.   Ketika belajar memahami dan menghadapi diriku sendiri, aku banyak melakukan analisa diri. Terlebih jika ada suatu hal yang menggangguku dalam proses ini. Salah satunya ketika aku kerap kali merasakan kesepian. Kondisi yang

Ragam Cerita Sekolah Asrama – Bag.3

Banyaknya hal yang aku lakukan memberiku cukup banyak pelajaran. Dari keberanianku dalam menetapkan keputusan, mengenal teman baru, serta pengalaman-pengalaman yang sangat bernilai besar. Walau terkadang dengan aturan yang diterapkan, aku suka merasa punya keterbatasan, tetapi aku selalu mencari cara agar bisa tetap melakukan berbagai hal dengan maksimal.   Pada 2020, tepatnya saat Indonesia dilanda Covid-19, sekolahku memutuskan untuk meliburkan seluruh kegiatan di asrama maupun sekolah. Saat itu kami diminta untuk pulang ke kampung halaman masing-masing dengan jangka waktu 3 bulan. Aku merasa senang, karena dengan waktu yang panjang, aku bisa bertemu dengan keluargaku setelah sekian lama tidak bertemu. Tapi ternyata semua diluar dugaan, karena pandemi covid berlangsung hingga total 2 tahun. Aku pikir hanya akan beraktivitas dirumah selama 3 bulan, dan kembali bertemu dengan teman – temanku. Aku dan teman - temanku merasa sedih karena ternyata, waktu kami ber