Langsung ke konten utama

Bermula Hobi, Menjadi Karya Seni

 

Sejak duduk di bangku SMP, aku sudah mulai belajar di dunia fotografi. Semua berawal ketika aku terinspirasi dengan hasil fotografi di sosial media. Dan sejak itu aku bercita-cita untuk menjadi fotografer. Akhirnya aku coba ngobrol dengan ayahku tentang ketertarikanku dengan dunia fotografi. Lalu aku dibelikan kamera oleh ayahku di tahun 2016 dan aku mulai belajar fotografi setelah itu.

 

 Pada saat itu, aku memang hanya berbekal beberapa pengetahuan seputar kamera, jadi aku memilih membeli kamera digital yang fiturnya sederharna. Pikiranku saat itu, yang penting aku bisa belajar menangkap moment dari berbagai angle dulu dengan fitur kamera yang aku miliki. Secara otomatis, aku selalu membawa kamera kemanapun aku pergi. 

 

Mungkin bagi kebanyakan orang, fotografi itu hanya sekedar cekrak cekrek, lalu jadilah sebuah foto yang bagus. Padahal sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi hasil sebuah foto.

 

 

Aku sempat nekat menjual kamera digitalku di tahun 2017, lalu membeli kamera DSLR second. Dan ternyata aku melakukan kesalahan, karena menurut pamanku—yang juga seorang fotografer—saat melihat kameraku, beliau menjelaskan kondisi kamera tersebut yang ternyata lebih banyak kekurangannya. 

 

Namun, itu tidak membuatku berhenti untuk terus mempelajari ilmu fotografi. Aku juga seringkali mengikuti kelas khusus fotografi atau workshop lalu mempraktekkan teori yang aku dapatkan. Untuk mengembangkan skill yang aku punya, aku mendaftar dan diterima menjadi anggota pers sekolah. Disana aku bertugas untuk meliput berita sekaligus menjadi fotografer saat peliputan. 

 

Sebenarnya ada kejadian menyedihkan di saat itu, saat aku meminjamkan kamera kesayanganku kepada seorang teman. Kameraku rusak karena terkena air. Aku mencoba membawanya ke tempat servis kamera. Sayangnya, kamera itu sudah tidak bisa diperbaiki. 

 

Saat itu aku sangat sedih dan bingung, karena aku berpikir bagaimana caranya agar aku tetap konsisten mempelajari ilmu fotografi tanpa kamera. 

 

 

Diantara fase kesedihan dan kebingunganku, Ayahku membelikan sebuah kamera DSLR baru. Sudah pasti, aku sangat senang dan bersyukur, karena akhirnya aku kembali menekuni dunia fotografi dan mengembangkan kreativitas fotografiku. Seiring berjalannya waktu, aku semakin mengembangkan pengetahuanku untuk menggunakan fitur-fitur kamera yang mendukung kreativitas fotografiku.  

 

Aku pun tidak melewatkan event sekolah dan di luar sekolah untuk menjadi sarana belajarku. Apalagi pada saat musim liburan tiba, dan ada kesempatan berpergian ke berbagai tempat yang menarik, pasti aku siap dengan kamera di tanganku membidik moment dan angle angle tempat tersebut. 

 

 

Secara pribadi, aku merasa sangat senang ketika melakukan kegiatan fotografi, walaupun saat aku belum memahami teori atau pengetahuannya, hal tersebut menjadi cukup rumit dan merupakan tantangan tertentu. Jadi, dunia fotografi ini memang dunia kebahagiaan buatku, karena memang tidak membosankan dan selalu menyenangkan untuk terus dikulik lebih dalam. Terlebih ketika aku berhasil mempunyai pendapatan dari panggilan proyek foto dan memenangkan beberapa lomba fotografi. 


Terjadi sebuah kejadian yang menyebabkan kameraku hilang pada tahun 2020 di Sorong. 

 

Saat itu, aku kebetulan sedang berada di kamar mandi, lalu ada seorang pencuri yang berusaha masuk rumah memalui jendela kamarku. Aku mendengar suara pencuri yang sedang berusaha keras merusak teralis jendela kamarku. Lalu aku lari menuju kamar orang tuaku untuk memberitahukan adanya pencuri tersebut. Memang pada saat itu, aku terserang rasa panik, dan aku secara spontan kembali ke kamarku untuk menyelamatkan barang-barang penting yang masih sempat aku ambil, lalu mengunci pintunya dari luar dengan maksud agar pencuri itu tidak pergi ke bagian rumah yang lain dan cukup berhenti di kamarku saja. Namun, karena sudah terlalu panik aku ternyata baru sadar kalau aku lupa untuk membawa kameraku yang masih tertinggal di kamar. Aku dan keluargaku berusaha menghubungi pihak keamanan dan tetangga, namun tidak ada respon. Sampai akhirnya pada saat subuh pihak keamanan baru merespon dan kami baru berani mengecek kamarku. Kamarku sangat berantakan dan benar saja, kameraku tidak selamat alias hilang dibawa pencuri tersebut.

 

Sebenarnya masih ada perasaan sedih jika mengingat kejadian tersebut, tetapi itu menjadi sebuah pelajaran bagiku untuk lebih waspada dan lebih berhati-hati menyimpan barang, terutama barang-barang yang penting. Dari kejadian ini, aku juga belajar untuk lebih menerima kejadian-kejadian di hidup ini, apalagi kejadian-kejadian yang tidak pernah dibayangkan.

 



Aku kembali belajar ikhlas setelah kejadian rusaknya kamera sebelumnya. Bedanya, di saat kejadian hilangnya kameraku ini, aku berada di titik point lebih ikhlas menerimanya, karena aku merasa ditiap kamera yang pernah aku miliki, ada pencapaian-pencapaian, pengalaman dan pengetahuan yang jauh lebih berharga yang tetap bisa aku gunakan.

 

Walaupun kameraku hilang, aku bersyukur banget, ternyata aku masih memiliki beberapa peralatan fotografi yang dapat aku gunakan. Sedangkan untuk kebutuhan kamera, aku diperbolehkan meminjam kamera temanku, saat aku sedang menerima proyek fotografi. 

 

Sekali lagi, karena aku pernah memiliki pengalaman sedih seputar kamera kesayangan, aku menggunakan kamera temanku dengan hati-hati, dan teliti. Sehingga aku tetap bisa mempraktekan dan mengembangkan ilmu fotografi yang telah aku miliki.

 

Di tulisanku selanjutnya aku akan cerita lebih banyak lagi. Sampai bertemu kembali!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Haya Cookies

Hello Everyone, Terima kasih ya, karena kalian masih tetap meluangkan waktu untuk mengunjungi dan membaca blog – blog dari aku. So, thank you so much, because it’s mean a lot to me.   Saat ini aku sedang belajar hal baru dalam dunia usaha. Semuanya berawal ketika aku ditanya oleh seorang teman yang sedang mencari sesuatu barang yang dia butuhkan. Ketika temanku itu bertanya kepadaku, kebetulan aku punya informasi tentang barang itu dan bisa menyediakan barang yang dia cari. Aku dengan senang hati membantu temanku itu untuk mendapatkannya, namun hal yang tidak aku sangka adalah ketika dia memberikan uang jasa kepadaku karena aku membantunya. Padahal ketika itu, aku benar – benar hanya ingin menolong teman yang sedang kesulitan mencari barang yang dia butuhkan. Karena kejadian itu, akupun mencari tau tentang dunia usaha dan dunia bisnis, karena aku merasa bantuan yang aku berikan itu tidak perlu diberikan uang jasa, tapi temanku bersikeras untuk memberikan uang itu

Time To End Loneliness

Halo guys, kali ini aku pengen sharing seputar kronologi pengembangan diriku. Suatu hal yang aku bangun sejak beberapa bulan lalu. Saat ini, aku merasa bahwa aku sedang menginjak fase dimana menyadari beberapa perubahan baru, seperti memiliki keinginan tinggi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, berkembang, dan bermanfaat. Fase perubahan yang dimana banyak hal dan pelajaran baru yang ditemui. Tidak lain dan tidak bukan untuk membentuk pribadi yang jauh lebih baik lagi. Aku yakin, tidak sedikit diantara kalian yang menginjak fase ini.    Salah satu bagian yang aku lewati adalah bagaimana aku memahami dan menghadapi diriku. Karena dari situ lah aku bisa perlahan keluar dari zona aman dan nyaman. Memang butuh kepercayaan diri, kedisiplinan dan kebijaksanaan.   Ketika belajar memahami dan menghadapi diriku sendiri, aku banyak melakukan analisa diri. Terlebih jika ada suatu hal yang menggangguku dalam proses ini. Salah satunya ketika aku kerap kali merasakan kesepian. Kondisi yang

Ragam Cerita Sekolah Asrama – Bag.3

Banyaknya hal yang aku lakukan memberiku cukup banyak pelajaran. Dari keberanianku dalam menetapkan keputusan, mengenal teman baru, serta pengalaman-pengalaman yang sangat bernilai besar. Walau terkadang dengan aturan yang diterapkan, aku suka merasa punya keterbatasan, tetapi aku selalu mencari cara agar bisa tetap melakukan berbagai hal dengan maksimal.   Pada 2020, tepatnya saat Indonesia dilanda Covid-19, sekolahku memutuskan untuk meliburkan seluruh kegiatan di asrama maupun sekolah. Saat itu kami diminta untuk pulang ke kampung halaman masing-masing dengan jangka waktu 3 bulan. Aku merasa senang, karena dengan waktu yang panjang, aku bisa bertemu dengan keluargaku setelah sekian lama tidak bertemu. Tapi ternyata semua diluar dugaan, karena pandemi covid berlangsung hingga total 2 tahun. Aku pikir hanya akan beraktivitas dirumah selama 3 bulan, dan kembali bertemu dengan teman – temanku. Aku dan teman - temanku merasa sedih karena ternyata, waktu kami ber