Langsung ke konten utama

Makna Brand "はや – HAYA" dan Ketertarikanku akan Jepang

 

haya brand

Sebenarnya aksara di logo brand itu ditulis dari bahasa apa sih? Banyak pertanyaan yang bermunculan tentang merk atau Brand yang aku bangun.  Logo di brand HAYA ditulis menggunakan Bahasa Jepang. Dalam Bahasa Jepang, Kata dari Haya mempunyai arti Cepat, Cahaya, dan bisa juga memiliki arti Bersinar. Nah, karena arti namanya bagus, akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan nama HAYA sebagai brand aku.

 

Mungkin aku belum pernah cerita ya, kalo aku itu memang memiliki ketertarikan yang tinggi sama seluk beluk tentang Negara Jepang. Mulai dari Kultur, Budaya, Bahasa, hingga Peradaban Sosial mereka. Itu semua dimulai sejak tahun 2015, kebetulan juga, itu adalah waktu yang sama dimana aku mulai bersekolah di Asrama, di Kota Yogyakarta. Seperti yang aku pernah ceritakan sebelumnya, bahwa kehidupan dalam Asrama itu minim dengan yang namanya gadget. Jadi aku harus memilih sebuah hobi, yang bisa aku lakukan setiap hari, agar aku bisa memanfaatkan waktu luang ketika sedang tidak ada tugas sekolah maupun tugas harian di Asrama. Dari sekian banyak hobi yang coba aku perhatikan dari teman – teman sebayaku, aku akhirnya memilih hobi membaca buku.

 

Bagiku membaca dari sarana apapun adalah bentuk hiburan dan juga sarana untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Nah, dari kebiasaanku membaca ini, aku akhirnya membeli beberapa jenis buku untuk aku baca. Tapi gak semua buku yang aku baca itu aku beli, kebetulan ada sarana perpustakaan dari Asrama yang bisa dimanfaatkan oleh murid – murid disitu. Jadi, gak jarang juga aku lebih memilih untuk meminjam buku di perpustakaan itu. Akhirnya, setelah aku sudah terbiasa membaca, aku suka pergi ke toko buku terdekat untuk melihat buku apa saja yang bisa aku beli. Suatu hari, aku melihat satu novel yang membuatku penasaran. Novel itu memiliki sampul berwarna pink, dengan gambar pohon sakura dan aksara jepang yang saat itu langsung menarik perhatianku. Walaupun ketika melihat itu, aku belum begitu mengerti dan paham bahwa itu adalah aksara dalam Bahasa Jepang. Namun, Karena rasa penasaranku yang sangat tinggi, akhirnya aku pun membeli novel tersebut dan membacanya di asrama.

 

musim semi di jepang

 

Novel itu bercerita tentang kisah asmara seorang remaja di Negara Jepang. Ceritanya sudah pasti dilatar belakangi dengan kebudayaan – kebudayaan Jepang yang saat itu menjadi pengetahuan baru bagiku. Saat membaca buku tersebut, aku langsung berimajinasi dengan kota – kota besar yang ada di Negara Jepang, dengan Pohon Sakura saat musim semi. Juga dengan keindahan Gunung Fuji yang katanya, hanya bisa dilihat sekitar 80 hari dalam satu tahun. Imajinasi – imajinasi yang ada dikepalaku itu membuat aku ingin sekali merasakan indahnya Negara Jepang secara langsung. Saat itu, aku pun bercita – cita, untuk suatu saat aku akan kesana dan menikmati keindahan alamnya. Didalam novel tersebut, penulisnya sering kali menyisipkan Kosakata dan Aksara Jepang. Karena semangatku untuk bisa mewujudkan cita – citaku mengunjungi Negara Jepang, aku sadar, bahwa sebelum benar – benar terwujud, aku harus terlebih dahulu memahami bahasanya. Selain itu berfungsi untuk bisa mempermudah dalam hal komunikasi untuk diriku sendiri, selain itu juga, berdasarkan fakta, kebanyakan orang Jepang tidak bisa berbicara Bahasa lain selain Bahasa Jepang . Akhirnya, melalui novel tersebut aku belajar untuk menulis dan mengeja beberapa kosa kata dalam bahasa Jepang.

 

Selagi aku mulai belajar membaca dan menulis dalam Bahasa Jepang, tidak lama setelah itu, ada salah satu temanku yang melihat aku belajar dan juga dia melihat aku ketika sedang membaca novel jepang tersebut. Temanku bertanya tentang buku itu dan aku pun dengan senang, menceritakan beberapa bagian dari buku itu. Ternyata diluar dugaanku, temanku ini pernah tinggal di Jepang saat dia masih kecil. Ia bercerita tentang pengalaman nya ketika hidup di Jepang, dengan berbagai budaya yang ada disana dan perbedaan budaya yang ada dibandingkan dengan budaya Indonesia. Seketika itu juga, rasa penasaranku semakin bertambah. Aku pun tidak menyia – nyiakan kesempatan untuk bertanya lebih dalam tentang Jepang. Juga aku bertanya lebih dalam lagi tentang Bahasa Jepang. Aku sangat beruntung karena dia mau mengajariku dasar-dasar Bahasa Jepang, seperti bagaimana cara menulis dan mengeja kata dan menyusun kalimat yang benar.

 

Dengan bekal rasa penasaranku yang jauh lebih dalam lagi tentang Negara Jepang, terlebih setelah temanku bercerita dan mengajari aku tentang Bahasa Jepang, aku jadi punya semangat yang sangat tinggi untuk mengulik lebih jauh lagi tentang seluk beluk Negara Jepang. Tidak jarang setelah moment itu, aku juga jadi lebih sering berkunjung ke perpustakaan sekolah/asrama untuk mencari buku dan literatur lainnya tentang Jepang. Dan mulai saat itu, aku akhirnya rutin untuk belajar sendiri tentang Bahasa Jepang hampir setiap malam.

 

Sampai akhirnya aku lulus sekolah, ketertarikanku akan Jepang juga tidak surut alias terus berlanjut. Bahasa Jepang akhirnya bisa aku gunakan ketika aku punya kesempatan untuk memiliki Brand atau Merek HAYA. Aku berinisiatif untuk menggunakan kata HAYA karena HAYA juga merupakan nama didalam nama panjangku. はやHAYA akhirnya aku jadikan sebagai nama utama usahaku karena arti nama yang sesuai dengan harapanku dalam usaha ini.

 

Kira – kira itu jawaban atas banyaknya pertanyaan tentang kenapa dinamakan HAYA, atau sebenarnya tulisan dalam brandku itu dalam aksara apa dan memiliki arti apa saja.

 

Thank you semuanya, see you on the next blog ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Haya Cookies

Hello Everyone, Terima kasih ya, karena kalian masih tetap meluangkan waktu untuk mengunjungi dan membaca blog – blog dari aku. So, thank you so much, because it’s mean a lot to me.   Saat ini aku sedang belajar hal baru dalam dunia usaha. Semuanya berawal ketika aku ditanya oleh seorang teman yang sedang mencari sesuatu barang yang dia butuhkan. Ketika temanku itu bertanya kepadaku, kebetulan aku punya informasi tentang barang itu dan bisa menyediakan barang yang dia cari. Aku dengan senang hati membantu temanku itu untuk mendapatkannya, namun hal yang tidak aku sangka adalah ketika dia memberikan uang jasa kepadaku karena aku membantunya. Padahal ketika itu, aku benar – benar hanya ingin menolong teman yang sedang kesulitan mencari barang yang dia butuhkan. Karena kejadian itu, akupun mencari tau tentang dunia usaha dan dunia bisnis, karena aku merasa bantuan yang aku berikan itu tidak perlu diberikan uang jasa, tapi temanku bersikeras untuk memberikan uang itu

Time To End Loneliness

Halo guys, kali ini aku pengen sharing seputar kronologi pengembangan diriku. Suatu hal yang aku bangun sejak beberapa bulan lalu. Saat ini, aku merasa bahwa aku sedang menginjak fase dimana menyadari beberapa perubahan baru, seperti memiliki keinginan tinggi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, berkembang, dan bermanfaat. Fase perubahan yang dimana banyak hal dan pelajaran baru yang ditemui. Tidak lain dan tidak bukan untuk membentuk pribadi yang jauh lebih baik lagi. Aku yakin, tidak sedikit diantara kalian yang menginjak fase ini.    Salah satu bagian yang aku lewati adalah bagaimana aku memahami dan menghadapi diriku. Karena dari situ lah aku bisa perlahan keluar dari zona aman dan nyaman. Memang butuh kepercayaan diri, kedisiplinan dan kebijaksanaan.   Ketika belajar memahami dan menghadapi diriku sendiri, aku banyak melakukan analisa diri. Terlebih jika ada suatu hal yang menggangguku dalam proses ini. Salah satunya ketika aku kerap kali merasakan kesepian. Kondisi yang

Ragam Cerita Sekolah Asrama – Bag.3

Banyaknya hal yang aku lakukan memberiku cukup banyak pelajaran. Dari keberanianku dalam menetapkan keputusan, mengenal teman baru, serta pengalaman-pengalaman yang sangat bernilai besar. Walau terkadang dengan aturan yang diterapkan, aku suka merasa punya keterbatasan, tetapi aku selalu mencari cara agar bisa tetap melakukan berbagai hal dengan maksimal.   Pada 2020, tepatnya saat Indonesia dilanda Covid-19, sekolahku memutuskan untuk meliburkan seluruh kegiatan di asrama maupun sekolah. Saat itu kami diminta untuk pulang ke kampung halaman masing-masing dengan jangka waktu 3 bulan. Aku merasa senang, karena dengan waktu yang panjang, aku bisa bertemu dengan keluargaku setelah sekian lama tidak bertemu. Tapi ternyata semua diluar dugaan, karena pandemi covid berlangsung hingga total 2 tahun. Aku pikir hanya akan beraktivitas dirumah selama 3 bulan, dan kembali bertemu dengan teman – temanku. Aku dan teman - temanku merasa sedih karena ternyata, waktu kami ber