Langsung ke konten utama

Ragam Cerita Sekolah Asrama – Bag.3


Banyaknya hal yang aku lakukan memberiku cukup banyak pelajaran. Dari keberanianku dalam menetapkan keputusan, mengenal teman baru, serta pengalaman-pengalaman yang sangat bernilai besar. Walau terkadang dengan aturan yang diterapkan, aku suka merasa punya keterbatasan, tetapi aku selalu mencari cara agar bisa tetap melakukan berbagai hal dengan maksimal.

 

Pada 2020, tepatnya saat Indonesia dilanda Covid-19, sekolahku memutuskan untuk meliburkan seluruh kegiatan di asrama maupun sekolah. Saat itu kami diminta untuk pulang ke kampung halaman masing-masing dengan jangka waktu 3 bulan. Aku merasa senang, karena dengan waktu yang panjang, aku bisa bertemu dengan keluargaku setelah sekian lama tidak bertemu. Tapi ternyata semua diluar dugaan, karena pandemi covid berlangsung hingga total 2 tahun. Aku pikir hanya akan beraktivitas dirumah selama 3 bulan, dan kembali bertemu dengan teman – temanku. Aku dan teman - temanku merasa sedih karena ternyata, waktu kami bersama – sama semasa sekolah telah selesai pada saat itu. Kami semua tidak pernah menyangka bahwa kami akan menjalani ujian kelulusan dilaksanakan secara online. Semuanya harus bisa beradaptasi ulang dengan keadaan dan kondisi belajar dan tempat tinggal yang berbeda dari asrama. Contoh kecilnya adalah tentang kebebasan dalam menggunakan gadget, karena selama kami tinggal di asrama, kami sudah terbiasa untuk tidak menggunakan gadget, yang juga karena adanya peraturan tentang murid dilarang membawa dan menggunakan gadget. Karena kebiasaan itu, akhirnya kami hanya menggunakan gadget sepenuhnya untuk kebutuhan sekolah. 

 

 

Mungkin aku dan teman – temanku se Indonesia ketika itu dijuluki generasi lulusan covid atau generasi online. Karena mayoritas kegiatan belajar mengajar hingga tugas kelompok dilakukan secara online. Saat itu aku mulai merasakan kerinduan akan kebiasaanku akan keseharianku di asrama. Dimana aku selalu bertemu dengan teman-temanku dari bangun hingga tidur. Rindu sekali rasanya, melakukan berbagai macam hal seru dengan teman-teman. Memang ternyata, sekolah dari rumah itu tidak se-asik yang dibayangkan. Aku masih ingat sekali ketika kita semua masih berkegiatan normal di sekolah dan asrama, kami sering berangan – angan untuk memiliki waktu libur atau waktu bebas yang tidak terbatas. Tapi ternyata, setelah kami jalani, hal itu malah membuat kami sedih dan merasa bahwa waktu kebersamaan kami terlalu singkat.

 

 

Tak terasa waktu berlalu, ternyata aku sudah melewati satu tahun dalam melakuan kegiatan sekolah dirumah. Hingga tanpa disadari, akhirnya waktu kelulusanku-pun tiba. Aku dan teman-teman seangkatanku akhirnya diminta untuk kembali ke Yogyakarta untuk melakukan wisuda secara offline. Aku sangat senang sekali, karena akhirnya aku bisa bertemu kembali dengan teman – temanku. Aku melepaskan rasa kangen ku dengan teman-teman di asrama dan sekolah dengan bercanda dan berbincang sampai larut malam pada hari pertama kami bertemu kembali. Namun, Meskipun kami melakukan wisuda secara langsung atau offline, aku tetap merasa kurang puas karena ketika waktu wisuda dilaksanakan, kami masih harus melakukan protocol kesehatan dengan ketat. Tidak boleh ada tamu, duduk berjarak, dan datang ke lokasi hanya untuk wisuda setelah itu kembali lagi ke asrama. Ekspektasiku akan merayakan tahun kelulusan dengan meriah, lagi - lagi terpatahkan. Kami tidak merasakan bagaimana rasanya disambut, diberi selamat dengan meriah, dan diberikan bunga ketika selesai wisuda. Tetapi bagaimanapun itu aku harus tetap bersyukur, karena tetap diberikan kesempatan untuk bertemu langsung dengan teman-temanku setelah satu tahun berpisah. Dan hal itu cukup menjadikan perasaanku bahagia. Akhirnya, aku pun lulus tepat 6 tahun menempuh pendidikan asrama dengan perasaan lega. Aku cukup bangga dengan diriku yang berani mengambil resiko apapun untuk merantau pada umur yang masih belia. Terlebih dengan pelajaran – pelajaran yang aku dapatkan dalam segi pendidikan, mental, dan fisik.

 

 

Begitulah ceritaku dari awal mula aku memutuskan menempuh Pendidikan di Yogyakarta hingga akhirnya lulus dari Madrasah Mua’llimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Aku akan terus bercerita seputar kegiatanku melalui sosial media Instagram @hayaqilaa dan TikTok @hayaqilaa dan juga melalui blog ini.

 

Thank you!

 

See u on the next story!

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Haya Cookies

Hello Everyone, Terima kasih ya, karena kalian masih tetap meluangkan waktu untuk mengunjungi dan membaca blog – blog dari aku. So, thank you so much, because it’s mean a lot to me.   Saat ini aku sedang belajar hal baru dalam dunia usaha. Semuanya berawal ketika aku ditanya oleh seorang teman yang sedang mencari sesuatu barang yang dia butuhkan. Ketika temanku itu bertanya kepadaku, kebetulan aku punya informasi tentang barang itu dan bisa menyediakan barang yang dia cari. Aku dengan senang hati membantu temanku itu untuk mendapatkannya, namun hal yang tidak aku sangka adalah ketika dia memberikan uang jasa kepadaku karena aku membantunya. Padahal ketika itu, aku benar – benar hanya ingin menolong teman yang sedang kesulitan mencari barang yang dia butuhkan. Karena kejadian itu, akupun mencari tau tentang dunia usaha dan dunia bisnis, karena aku merasa bantuan yang aku berikan itu tidak perlu diberikan uang jasa, tapi temanku bersikeras untuk memberikan uang itu

Time To End Loneliness

Halo guys, kali ini aku pengen sharing seputar kronologi pengembangan diriku. Suatu hal yang aku bangun sejak beberapa bulan lalu. Saat ini, aku merasa bahwa aku sedang menginjak fase dimana menyadari beberapa perubahan baru, seperti memiliki keinginan tinggi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, berkembang, dan bermanfaat. Fase perubahan yang dimana banyak hal dan pelajaran baru yang ditemui. Tidak lain dan tidak bukan untuk membentuk pribadi yang jauh lebih baik lagi. Aku yakin, tidak sedikit diantara kalian yang menginjak fase ini.    Salah satu bagian yang aku lewati adalah bagaimana aku memahami dan menghadapi diriku. Karena dari situ lah aku bisa perlahan keluar dari zona aman dan nyaman. Memang butuh kepercayaan diri, kedisiplinan dan kebijaksanaan.   Ketika belajar memahami dan menghadapi diriku sendiri, aku banyak melakukan analisa diri. Terlebih jika ada suatu hal yang menggangguku dalam proses ini. Salah satunya ketika aku kerap kali merasakan kesepian. Kondisi yang